Inkonsistensi Soetrisno Bachir dan Pengaruhnya Untuk KMP


Mantan Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN), Soetrisno Bachir yang menyatakan keluar dari Partai  berlambang matahari pada tanggal 22 Agustus 2010 dalam sebuah silaturahim sehari menjelang milad PAN tahun 2010, dikabarkan akan ‘turun gunung’.

Kembalinya SB, panggilan akrab Soetrisno Bachir di kalangan kader PAN, bertepatan dengan momen pra-Kongres PAN yang akan dilangsungkan akhir Februari – awal Maret 2015 mendatang.

Kembalinya SB ke ‘permukaan’ bagi beberapa kalangan nampak sebagai sebuah inkonsistensi.  Apalagi, mundurnya Soetrisno saat 2010 lalu sempat membuat kader PAN bertanya-tanya.

”Saya mundur untuk menghilangkan kesan atau menepis kecurigaan bahwa saya akan mengambil alih partai. Kalau saya mundur, semua akan tenang dan senang tentunya. Mundurnya saya ini juga bukan dilandasi niat buruk karena tidak ada niat sedikit pun untuk menjatuhkan kepemimpinan PAN saat ini. Malah sebaliknya, saya berharap PAN bisa lebih maju,” ujar Soetrisno, saat mengundurkan diri.

Pengunduran diri Soetrisno itu juga ditanggapi Ketua Majelis Pertimbangan Pusat PAN Amien Rais, Ia menegaskan, keputusan mundur adalah hak Soetrisno. PAN menghargai keputusan ketua umum periode 2005-2010 itu. Namun anehnya, kemunduran SB dari PAN, tidak membuat jumlah kader maupun perolehan suara menjadi merosot.

Sebagai catatan, ketika dipimpin Amien Rais, PAN dalam Pemilu 1999 memperoleh dukungan suara 7,5 jutaan. Turun tipis pada Pemilu 2004 menjadi 7,3 juta. Ketika di bawah kepemimpinan Soetrisno Bachir, hasil Pemilu 2009 turun lagi ke 6,2 juta suara.

Penurunan itu membuat Sutrisno Bachir digantikan oleh Hatta Rajasa. Hasilnya perolehan suara PAN naik drastis ke 9,5 juta pada Pemilu 2014. (sumber: http://news.metrotvnews.com/read/2015/02/08/355473/incar-masuk-3-besar-di-pemilu-2019-ketum-pan-harus-fokus-ke-partai). Kerja keras Hatta Rajasa untuk membangun PAN memang tak main-main. 

Sekretaris DPD PAN Bolaang Mongondow, Sulawesi Utara, Kamran, mengatakan, PAN membutuhkan figur Ketua Umum  seperti Hatta Rajasa yang sepenuhnya konsentrasi ke tugas besar membangun partai.

"Kita perlu ketua umum yang sepenuhnya konsentrasi ke tugas besar itu. Jangan lagi disambi dengan tugas lain," sambung Kamran. di Manado, Ahad, 8 Februari 2015.

Kamran melanjutkan, ‎Kongres PAN di Bali pada 28 Februari mendatang harus memastikan bahwa ketua umum terpilih adalah yang mampu dan mau mencurahkan konsentrasi sepenuhnya untuk membesarkan partai.

"Kita perlu ketua umum yang sepenuhnya konsentrasi ke tugas besar itu. Jangan lagi disambi dengan tugas lain," tutup Kamran.

Figur Hatta Rajasa, tak hanya dikenal hangat di kalangan internal PAN. Hatta dikenal pula sebagai tokoh pemersatu yang teguh menjaga komitmen dan kesetiaan dengan Koalisi Merah Putih yang dibangunnya bersama dengan beberapa tokoh parpol lain, termasuk dengan PKS.

Jika benar dugaan beberapa kalangan yang menyatakan bahwa SB ‘turun gunung’ dengan memiliki sejumlah agenda terkait Kongres PAN mendatang, maka tak hanya kader PAN, publik pun tentu dapat menilai inkonsistensi politisi senior itu.

Langkah SB yang menyatakan keluar dari PAN saat peraihan suara jeblok dan kini hadir kembali ke permukaan saat PAN muncul sebagai partai politik yang menjanjikan, terutama setelah pencalonan Hatta Rajasa sebagai Cawapres tahun lalu, terlalu mudah dibaca sebagai sikap inkonsisten yang tentu saja selain berbahaya untuk keutuhan KMP, tak dapat dibandingkan dengan sikap negarawan Hatta Rajasa yang selalu mendahulukan kepentingan partai dan setia pada Koalisi Merah Putih. [*]

http://www.takrim-alquran.org/program-sedekah-al-quran-untuk-kedua-orang-tua-2/

0 Response to "Inkonsistensi Soetrisno Bachir dan Pengaruhnya Untuk KMP"

Posting Komentar