Please Pray For Mursi...
Please Pray For Mursi
Hari itu Subuh terakhir kami di kota Haram, Mekkah. Selepas shubuh, kami dan rombongan bersiap mendengarkan kajian terakhir dalam rangkaian perjalanan umroh.
Disamping saya, perempuan seusia ibuku sholat sambil duduk di kursi lipat, wajahnya teduh, dan tiba-tiba menyapa "Indonesiy..?"
Saya mengiyakan. Rupanya dia melihat jilbab kaos yg lebar dibalik mukena saya. Katanya kbanyakan yang begitu hanya dipakai orang Indonesia, haha... bisa saja.
Lalu perempuan itu menanyakan apakah aku bisa berbahasa Arab atau Inggris. Aku memilih Inggris, meskipun sebenarnya kmampuan bahasa asingku pas pasan. Tapi sembilan hari ini lumayan terbantu dengan bahasa inggris yang pas pasan, dan bahasa arab pasif yang mengkhawatirkan hehehe...
Begitulah...seorang perempuan Mesir yang penuh semangat itu memberiku 'nasehat' seputar bacaan Quran, "Jika kau nenemukan ayat yang membuatmu tersentuh, ulang ulanglah, ia akan.melembutkan hatimu.."
Subhanallah...
Dia menanyakan berapa anakku. "Lima" jawabku. Maka seperti biasa, ekspresi orang yg mendengar jumlah anakku: terkejut dan mendoakan agar Allah menjaga anak anak yang kita tinggal untuk ibadah. Sambil menasehatiku tentang ksabaran dan bersyukur atas anak anak, ia bercerita tentang anak anaknya yg berpencar di beberapa negri dan semua berpendidikan tinggi, dan anak lelakinya yang sholih, yang meninggal di usia 28 th.
Sampailah obrolan kami pada betapa pentingnya terus berdakwah dan mengisi semua aspek kehidupan dengan misi dakwah. Bahkan dengan gurauan dia mengatakan "kau pasti kenal Maher Zein.. dia bernyanyi untuk dakwah. aku suka saat ia menyanyi dengan bahasa kalian.."
Tiba tiba ia bertanya tentang namaku. "Robiah. Robiah al Adawiyah" jawabku... lama dia memandangku. "Robiah she is sufi. Your name is.. Subhanallah.. subhanallah my dear.."
Kami pun seolah ibu dan anak yang berdiskusi. Sampai saat ia menceritakan tentang Mesir... tentang lapangan Rabia.. tentang Mursi... tiba-tiba matanya sendu. Lebih sendu daripada saat ia bercerita tentang putranya yang meninggal.
Matanya menerawang... "Robiah...please pray for Mursi. He is good man, good leader and we love him..Pray for him, for his freedom.." sambil ia menyeka matanya yang sembab..
"of course.... insya Allah.. for Mursi, ikhwanul Muslimin..." aku menyahut lirih... lalu ia memelukku, erat lalu dia tersenyum.senyum dengan makna yang dalam.
Lalu perempuan itu beranjak dari duduknya mendoakan agar kepulanganku esok lancar.
"Someday...you'll go to Mesir insya Allah..you get umroh maqbullah.."
"Amiin...mention me in your Rabithah mrs.." tiba tiba wajahnya berbinar dan memelukku erat, erat seolah lama kami mengenal.
"oooh...my dear, Ya. of course I'll pray for you in rabithah (doa rabithah -red). ya..ya...our rabithah.of course. and ..Pray..for Mursi..."
Entah....setengah jam yang menggetarkanku. Perempuan seusia ibuku itu begitu mencintai Mursi, dia seolah mengajarkan padaku pagi itu tentang ukhuwah yang jauuuh namun didekatkan Allah... ukhuwah yang indah tak terbatas. Ukhuwah atas aqidah dan dakwah.
Kini kata-kata Ibu dari Mesir itu terus terngiang hari hari ini... "Please..pray for Mursi..." harapan seorang rakyat untuk seorang pemimpin yang dicintainya, tentang pemimpin yang kemenangannya dibungkam dunia.
Allahu akbar... Doa rabithah ini pun akan menjadi bagian dari doa-doa kami atas engkau Mursi. Semoga Allah menjagamu, selalu menjaga kemuliaanmu yang menggetarkan.
Miss you.. Madam. Kami akan terus berdoa untuk Mursi.
*Dari FB : Vida Robiah Al Adawiyah
0 Response to "Please Pray For Mursi..."
Posting Komentar