[#ChapelHillShooting] Pak Presiden Jokowi, Bersediakah Berempati?



Ketika Muslim yang dibunuh, media-media mainstream internasioanal menutup mata, telinga, dan mulut. Juga ogah mengetik apa-apa yang sedianya harus mereka teriakkan! Seolah penembakan berujung terbunuhnya 3 mahasiswa di apartemen Chapel Hill AS itu hanya sekadar kasus tabrak lari yang mengakibatkan luka kulit tergores aspal di sebuah kota kecil pinggiran Negeri. Bukan, ini bukan kaus tabrak lari, ini pembunuhan 3 mahasiswa. Bukan di daerah terpencil pula, ini di sekitaran UNC, AS. Negara, daerah yang kelebihan reporter berita.

Ironi memang. Tak layaknya insiden Charlie Hebdo yang amat deras sekali pembelaannya oleh media-media mainstream internasional seperti CNN, FoxNews, MSNBC dan outlet media utama lainnya. Sampai-sampai diperjuangkan pembelaan itu oleh kepala-kepala negara dengan menjalani aksi longmarch mengutuk tragedi tersebut. Ini kepala-kepala negara, tak main-main! Bak aksi mengutuk kasus pemusnahan etnis tertentu di suatu Negeri saja.

Ya, kalau ihwal insiden Charlie Hebdo mereka blow-up bahwa pelakunya adalah ekstreamis dan radikalis. Tetapi dalam  hal ini kenapa tak dilakukan sama? Bahwa pelakunya pernah mengaku Atheis, membuat pernyataan ancaman terhadap suatu agama, dan yang dibunuh adalah 3 orang Muslim aktivis kemanusiaan? Bukankah ini juga ekstremis?!

Sungguh, sikap bungkamnya media-media mainstream internasional ini bukan soal motif pelaku. Tetapi sebab siapa membunuh dan siapa terbunuh. Andai Islam adalah pelaku dan Kristen atau Yahudi adalah korban, mereka akan teriak sekeras-kerasnya, bahkan dijalanilah aksi simpatik oleh petingi-petinggi negara. Andai pelaku adalah bukan Islam dan korbannyalah yang beragama Islam, niscaya mereka bisu!

Standart ganda, tak beridealisme pers, dan penuh propagandalah wajah mereka kini (dan sudah sejak lama) tersingkap dari topengnya.

Kini, hanya dengan hastag #ChapelHillShooting di sosial media kami berusaha meneriakkan pembelaan. Berharap ada pemimpin negara (barangkali Recep Tayyip Erdogan) bisa menggalang dukungan semacam longmarch kepala-kepala negara (Muslim) pula. Kami  berharap ada aksi pembelaan, seperti ketika ada seorang peserta aksi di barisan pembela Charlie Hebdo memakai baju perang salib, memberi kode bahwa pasukan salib masih ada dan siap melawan, esoknya Erdogan membalas berupa penyambutan Perdana Menteri Palestina Rami Hamdallah dengan pasukan pengaman yang memakai baju pasukan perang paukan khilafah ustmani, memberi kode bahwa ketangguhan kehilafahan Islam di Turky masih ada dan siap membela.

Atau barangkali juga kalau boleh, kami berharap kepada presiden rakyat negeri ini, Indonesia. Pak Ir. Joko Widodo. Seorang kepala negara dengan jumlah rakyat Muslim terbesar di dunia. Barangkali bersedia membela walau sekadar empati atau berucap prihatin. Atau malahan besedia di garda terdepan mengajak Erdogan melakukan aksi longmarch kepala-kepala negara Muslim wah betapa luar biasanya. Dan betapa pula kepopuleran bapak akan melambung amat tinggi di kancah internasioanal. Pak, bersediakah? Walau sekadar berempati...

Eri Muriyan
Suara mahasiswa Muslim UB Malang untuk mahasiswa muslim UNC, AS.

http://www.takrim-alquran.org/program-sedekah-al-quran-untuk-kedua-orang-tua-2/

0 Response to "[#ChapelHillShooting] Pak Presiden Jokowi, Bersediakah Berempati?"

Posting Komentar