Saya Mencintai Ikhwanul Muslimin dan Perjuangannya


Saya bukan anggota Al-Ikhwan. Pimpinan-pimpinan Al-Ikhwan pun tak kenal dan tahu saya. Tetapi sebagian orang menyebut saya dengan "ikhwani". Sebuah kehormatan bagi saya kalau bisa menjadi anggota organisasi Al-Ikhwan.

Saya mencintai Al-Ikhwan dan setiap muslim yang shidiq dalam beragama, istiqamah dalam perjuangan, dan sungguh-sungguh berkhidmah kepada agama dan umat. Tak peduli dia orang Indonesia, orang Saudi, Orang Mesir, Orang Inggris, dan Orang Amerika. Tak peduli dia dari Al-Ikhwan Mesir, dia dari wahabi Saudi, dia dari Jemaat Islamiyyah Pakistan, dia dari Nadwatul 'Ulama India, dan lain sebagainya.

Betapa sedih hati saya dalam beberapa waktu terakhir membaca berita media bahwa pengadilan Mesir menghukum mati ulama-ulama, daiyah-daiyah, dan politisi-politisi lurus. Kesalahannya tak jelas. Semata anggota Al-Ikhwan maka layak ditangkap, disiksa, dibantai, dan dihukum mati. Bahkan presiden sah Mesir dihukum mati juga karena dituduh "takhabur" [membocorkan rahasia negara]. Apa buktinya? Buktinya ada kunjungannya ke Gaza dan bertemu Ismail Haniyyah serta berjabat tangan dengannya.

Saya adalah salah seorang yang pernah "meramalkan" kejatuhan Husni Mubarak dengan cara revolusi sebagaimana yang dialami Presiden Soeharto pada awal 2000-an. Kejatuhan Husni Mubarak dengan cara revolusi adalah "hatmiyyah waqi'iyyah". Kezaliman hukum yang merajalela, korupsi rezim dan para fulul yang menjijkkan, kegagalan menciptakan reformasi politik, hancurnya ekonomi, memblundaknya tindakan kriminal, serta tak puas atas kebijakan politik luar negeri utamanya menyangkut Dunia Arab, adalah sedikit faktor yang mendorong terjadinya revolusi.

Saya tak bisa melakukan upaya-upaya untuk membebaskan kezaliman-kezaliman hukum dan politik kepada ulama-ulama, daiyah-daiyah, dan politisi-politisi lurus yang teraniaya di Mesir dan dibelahan bumi lain.

Kalau saya punya kekuasan politik insya Allah akan saya gunakan semaksimal mungkin untuk membebaskan pemimpin-pemimpin umat yang dizhalimi. Bahkan saya rela menukar kekuasaan saya dengan keselamatan pemimpin-pemimpin umat tersebut. Sebab membunuh muslim yang tak bersalah dosanya besar dan ancamannya juga mengerikan di akhirat. Begitupun bersikap "takhadzul" melihat kezaliman tersebut juga sebuah dosa dan aib yang memalukan. Bagaimana dengan memberikan muwafaqah dan taqrir atas kezaliman tersebut melalui fatwa-fatwa mulaffaq? Allaahul musta'an.

Tetapi satu hal yang sudah saya pastikan bahwa keistiqamahan perjuangan sampai titik darah terakhir, kesabaran dizalimi dengan cara-cara mahkamah inquisisi jaman abad pertengahan dan kegelapan di Eropa, semangat berkhidmah pada agama dan umat, akan saya riwayatkan kepada generasi sesudah saya. Cinta mereka akan saya wariskan kepada umat dan murid-murid saya. Begitulah para rijal. Mereka hidup bukan untuk dirinya. Mereka hidup adalah untuk mengukir sejarah agung. Agar generasi masa depan selalu berjalan dalam kegemilangan perjuangan mereka..

*Oleh Hafidin Achmad Luthfie (yang ditulis di wall fbnya, 19/5/2015)


0 Response to "Saya Mencintai Ikhwanul Muslimin dan Perjuangannya "

Posting Komentar