Usai pengeroyokan terhadap seorang warga terkait dengan spanduk anti-Syiah di permukiman Bukit Az-Zikra, Sentul, Bogor, tempat majelis zikir asuhan KH Muhammad Arifin Ilham, belasan ulama, dan habaib berkumpul di Masjid Az-Zikra.
Mereka mendaulat Arifin menjadi komandan perang melawan Syiah. Ustad kelahiran Banjarmasin, 45 tahu lalu itu, menolak perang dan minta jamaah bersabar. Di tengah safari dakwahnya ke Banjarmasin, akhir pekan lalu, Arifin berbincang melalui telepon dengan Sya'bani Takdir dari GATRA. Berikut petikannya:
--------
Siapa pemasang spanduk anti-Syiah itu?
-Itu warga. Bukan perintah saya. Bukan kebijakan yayasan. Beritanya seolah-olah Az Zikra yang memancing. Di spanduk, tulisannya warga menolak paham Syiah. Spanduk itu baru dua mingguan terpasang. Saya sempat sekali melihat. Saya sendiri bertanya-tanya, apa maksudnya. Saya tidak begitu dalam dakwah. Yang kenal saya pasti yakin, itu spanduk bukan ide saya.
Kelompok penyerang tidak setuju isi spanduk.
-Spanduk itu salah, tapi apa caranya harus begitu (pengeroyokan)? Kalau baik-baik datang, kan lain persoalan. Saya paling senang musyawarah. Penyerangan ini benar-benar brutal. Di depan anaknya, (Faisal) digebukin, diseret, diinjek. Orang Syiah-nya pura-pura jatuh lagi, biar kesannya dipukul pas lapor polisi.
Anda yakin, penyerang itu penganut Syiah?
-Banyak yang bersiap jadi saksi bahwa mereka Syiah. Ibrahim Iskandar (pimpinan serangan) memang tokoh Syiah Tangerang. Yang menyerang, salah satunya ketua regional Syiah Sawangan (Depok) dan Cibinong (Bogor). Cara salatnya (di tahanan) juga beda. Mereka pakai batu, kita amati. Polisi melaporkan, salat mereka tiga waktu, itu kan tanda-tanda (Syiah).
Pernah ada teror macam ini sebelumnya?
-Dalam enam bulan ini sempat ada tiga kasus serupa di Bintaro (Jakarta Selatan), Citeurep (Bogor), dan Mutiara Sentul (Bogor). Ada pengajian tentang Syiah, kemudian diserang. Bahkan ada yang sedang ceramah disuruh turun. Mungkin karena kali ini menyentuh sarang lebah, ya begini jadinya, semua terusik.
Setelah pemukulan, banyak tokoh berkumpul, mengangkat Anda jadi komandan.
-Ada 18 ormas, ulama, dan habaib datang. Ribuan umat kumpul di masjid. Mereka pasang badan, siap perang. Kalau saat itu dibilang ''ya'', habislah Syiah. Tapi saya tahan. Kalau mereka gerombolan, masa kita mau jadi gerombolan juga. Kalau di bawah komando Arifin, ya sabar, taat hukum, dan kasih sayang. Kita doakan mereka. Kita benci sifatnya, tapi sayang mereka. Mereka punya anak punya istri.
Apa mungkin ini upaya provokasi membangkitkan konflik Syiah-Sunni?
-Itu yang saya khawatirkan, makanya semua harus hati-hati.
Bagaimana seharusnya relasi Sunni-Syiah?
-Mereka (Syiah) jangan menyebarkan ajaran. Semua harus menahan diri, terutama Syiah. Masa minoritas begitu. Kalau kita perang, banyak yang tepuk tangan. Potensi kita tidak boleh habis di sini. Masih banyak persoalan besar di negeri ini. Semoga ini tidak terulang. Biar negeri ini aman, berkah. Silakan dengan paham kamu, jangan ganggu paham kami.
Ada spekulasi, peristiwa ini bagian teror pada Anda karena mendukung KPK.
-Saya nggak melihat ke sana. Tapi kalau ada yang melihat ke sana, silakan saja.
Nasehat Anda terkait peristiwa ini?
-Kita meneladani Rasulullah yang santun dan cinta damai. Selama ini Az-Zikra nggak punya musuh, kok tiba-tiba diserang. Jangan ada teror lagi. Kalau ada perbedaan, datang saja, kita musyawarah. Ke depan, diharapkan tidak lagi terulang, masyarakat tidak terprovokasi, tingkatkan ketakwaan, doakan negeri ini. Untung yang diserbu Arifin. Coba yang diserbu MMI (majelis Mujahidin Indonesia), habis mereka (Syiah). Ada tiga ormas siap perang, tapi Arifin bilang, ''No!'' Kita dai, bukan penyerang. Orang Syiah mencaci saya, silakan saja, saya jawab, ''I love you.''
[Laporan Khusus, Majalah GATRA, Beredar Kamis, 19 Februari 2015]
0 Response to "[Catatan Wawancara] Arifin Ilham: Kalau Kita Perang, Banyak yang Tepuk Tangan"
Posting Komentar