Fenomena Al Qu'ud, Diam Tidak Punya Peran


Al Qu'ud

Makna awalnya adalah duduk. Qa'ada itu duduk. Maq'adun itu tempat duduk.

Makna majasnya adalah diam tidak punya peran. Diam di sini bukan diam dalam makna tenang atau tidak bicara. Itu -dalam bahasa Arab- disebut dengan sakata-yaskutu atau shamata-yashmutu. Maka ada anjuran fa qul khairan au li yashmutu.

Al Qu'ud itu diam dalam makna berpangkutangan, menganggur, tidak bekerja, tidak memiliki keterlibatan, menggelandang, berkeliaran, atau -dalam bahasa anak muda- gajebo.

Penyakit sejenis ini dikenal juga dg nama mutabaththolu (yang menganggur), tasakka'a (kosong, menggelandang), kasala (malas), farigh (hampa, nihil, lowong, tidak terpakai, pandir, dungu, sia-sia)

Dalam muayashah dakwah, dikenal fenomena al bitholah ad da'awi, al kasal al haraki, futur, al faragh, al qu'ud anil amal, at tanashul minal qiyam (tidak menunaikan kewajiban), istimra' halah ar rahah (terbiasa santai), dan ada pula fenomena at taharrur (melepaskan diri).

Kalau saya membahas fenomena al qu'ud, saya suka membahas dlm 3 sub topik. Parameter, penyebab, dan solusi. Sederhana saja.

Dalam sub topik parameter, kadar al qu'ud bisa low, middle dan high. Ada idle atau under capacity dalam al qu'ud level awal. Mereka yang belum parah sudah merasa bermasalah dengan karya dibawah kapasitasnya. Pada level menengah, fenomena ini tampak pada pilih-pilih tugas, peran dan posisi, serta membiarkan ikhwah lain overload. Dan pada stadium parah, mereka tidak merasa bersalah ketika tidak memiliki kontribusi, dan tidak ingin berkontribusi.

Terlalu panjang..

Penyebabnya bisa diringkas pada adanya gangguan pemahaman, gangguan keikhlasan, dan buruknya manajemen dakwah.

Solusinya?

Tidak ada yang instan.

Membiasakan keteraturan tampaknya perlu dikedepankan. Juga soal terus berpikir soal kontribusi setelah selesai soal afiliasi, berpikirlah soal pertanggungjawaban, pengorbanan, soal konsekwensi, berpikir soal preseden, dan terus mewaspadai ketertipuan.

Pilihan sikap kita akan berpengaruh pada diri kita sendiri, cepat atau lambat.

Teruslah berpikir, lazimkan dzikir, dan kembangkan sikap respek.

Jika kerja dan bergerak adalah pesan kehidupan, maka al qu'ud adalah pesan awal dari kebinasaan.

Jakarta, 11 April 2015

(Eko Novianto)

0 Response to "Fenomena Al Qu'ud, Diam Tidak Punya Peran"

Posting Komentar